Home » , » Web Eyeball, Cara Baru Mengkaji Perilaku Pengunjung Online

Web Eyeball, Cara Baru Mengkaji Perilaku Pengunjung Online

Written By Unknown on Rabu, 24 Juli 2013 | 12.31

Perusahaan senantiasa menganalisa situs webnya untuk menghitung kesuksesan situs webnya, mulai tingkat kunjungan, hasil promosi onlinenya, hingga tingkat pengembalian investasi (ROI, Return on Investment) melalui media Internetnya. Berbagai alat analisa web sudah tersedia di pasar. Namun, secanggih apa pun tools untuk analisa website, tidak cukup untuk menelusuri perilaku pengunjung.

Katakanlah website Anda dikunjungi oleh 100.000 orang per hari, dan program analisa Anda mengatakan 3% dari pengunjung itu meng-klik link tertentu. Prosentase sekecil ini menimbulkan banyak pertanyaan. Berhubung pengunjung tidak bisa meng-klik sesuatu yang tidak terlihat oleh mereka, berapa persen dari 100.000 pengunjung itu yang bahkan melihat link itu? Apakah link itu gagal karena 80% pengunjung melihatnya, tetapi hanya 3% yang meng-klik?
Tanpa memanfaatkan cara pengukuran langsung terhadap apa yang dilihat pengunjung, kita tidak bisa mengetahui secara pasti bagaimana suatu elemen desain dan content tertentu menarik mata seorang pengunjung di layar komputer.
“Cara orang yang berbeda melihat sesuatu, tidak terlalu bervariasi seperti perkiraan Anda”, kata Greg Edwards, CTO Eyetools, seperti dikutip MarketingSherpa. Inc. Eyetools menyediakan alat dan jasa untuk menelusuri bagaimana pengunjung melihat di dalam situs-situs web dan email dengan benar-benar mengukur apa yang mereka lihat di layar komputer.
Cara kerja Eyetools sederhana. Yakni mengelompokkan apa yang dilihat sekelompok pengunjung di halaman web, dalam prosentase, dan yang lebih penting lagi, menunjukkan apa yang tidak dilihat oleh pengunjung tersebut.
Edwards membawa antara 10 hingga 20 orang ke dalam lab-nya dan masing-masing menghadapi komputer yang dilengkapi alat pengoleksi data Eyetools plus kamera yang bisa menelusuri gerakan mata. Tim Edwards melakukan kalibrasi sekitar 20 detik.
Partisipan kemudian membaca deskripsi tentang mengapa mereka mengunjungi sebuah website. Deskripsi itu juga memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu yang spesifik, atau sama sekali tidak spesifik, seperti “lakukanlah sesukamu”. Setelah itu partisipan bebas menghabiskan waktu untuk menjelajahi setiap website yang mereka inginkan.
Kamera mengikuti mata partisipan dan Eyetools akan mengeluarkan hasil berupa “heat map” yang menunjukkan bagaimana gerakan partisipan di setiap halaman.
Edwards sudah banyak mempelajari apa yang dilihat dan apa yang tidak dilihat pengunjung pada situs web tertentu, tetapi dia ragu untuk membuat generalisasi. “Tergantung situsnya,” katanya.
Meski demikian, Edward menemukan beberapa kajian menarik yang pantas untuk dijadikan pegangan para emarketer.
1.Variasi cara melihat.
Ada konsistensi besar cara orang merespon stimulus visual. Karena itu, kita bisa mendapatkan informasi hanya dari sekelompok kecil orang bagaimana cara mereka melihat sesuatu. Meskipun demikian, lebih baik jika pengujuan dilakukan terhadap kelompok demografis yang berbeda-beda. Umumnya, perbedaan terbesar dalam cara melihat suatu pola berhubungan dengan tingkat pengenalan seorang pengunjung terhadap sebuah situs web. Seorang baru sekali mengunjungi situs web misalnya, akan melihat sesuatu yang berbeda dengan seorang pengunjung rutin.
2.Area utama
Banyak orang berasumsi pojok kiri atas adalah tempat yang mendapat pandangan paling banyak, tetapi pendapat ini terlalu sederhana. Meskipun ada kecenderungan budaya untuk memulai dari kiri atas, elemen-elemen visual akan mengalahkan kecenderungan ini.
Ke mana seseorang memandang bagaikan bulu yang diterbangkan angin, kata Edwards. Sasaran pandangan mata adalah bulu itu. Elemen-elemen visual adalah anginnya. Bulu bisa mulai jatuh di sebelah kiri atas, tetapi bila elemen visual meniupnya ke bagian lain di layar, dia akan terbang ke sana dengan segera dan sangat mudah. Sangat penting untuk mengerti angin seperti apa yang bertiup di dalam halaman website Anda.
3.Jangan menghambat scroll
Meskipun halaman yang putih enak dilihat dan membantu memfokuskan mata, halaman putih yang memanjang dari sisi yang satu ke sisi yang lain—seolah Anda bisa menarik garis dan tidak mengenai apa-apa—membuat halaman terasa sudah selesai. “Itulah yang kami sebut penghambat scroll,” kata Edwards, “Rasanya seperti halaman itu sudah selesai dan pengunjung akan berhenti di sana.”
4.Kolom
Bila Anda memiliki sebuah daftar, masukkan saja dalam satu kolom. Kalau Anda bagi menjadi dua atau tiga kolom, pengunjung justru cenderung enggan membaca lebih banyak.
5.Subjudul dan uraian singkat
Subjudul dan uraian singkat akan meningkatkan pembacaan dan klik, dengan catatan bahwa subjudul dan uraian singkat itu satu gaya.
Tetapi bila font Subjudul itu jauh lebih besar, apalagi bila diberi garis bawah, maka pengunjung hanya akan membaca sub-sub judul dan mengabaikan uraian singkatnya. Jadi tujuannya ingin membuat pengunjung hanya membaca selintas, buatlah subjudul yang besar-besar dan berbeda.”
6.Hindari blok-blok besar berwarna hitam
Pandangilah halaman website Anda dan kedipkan mata Anda: bila semua terlihat seperti blok-blok besar berwarna hitam tanpa elemen visual yang menonjol, halaman Anda tidak akan dilihat pengunjung.
Edwards mempunyai klien yang mempunyai halaman website dengan elemen desain yang buruk. Pengunjung akan melihat di atas elemen desain itu, melihat ke kanannya, ke kirinya, dan menghindari area sekitar tiga inci persegi itu. Mereka secara bawah sadar memutuskan untuk mengabaikannya padahal area itu yang mendatangkan revenue bagi perusahaan.

Sumber : Virtualdotid
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !