Dr Zaenal Abidin, MH.Kes (dok: detikHealth)
Kesan galak memang susah dipisahkan dari sosok
pria berkumis, termasuk Dr Zaenal Abidin, MH.Kes. Hanya karena punya
kumis, ia kerap disangka galak. Padahal sekalinya bercanda, dokter
berperawakan mungil ini tawanya langsung membahana.
Begitu juga ketika mendengar ada wartawan mengira dirinya galak dan kaku. Meski kemudian dalam artikelnya dijelaskan betapa hangat dan ramahnya sosok Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, tak ayal kesan galak itu membuat Dr Zaenal terbahak.
"Mungkin karena awalnya saya diam-diam saja. Lihat saya berkumis, jadi mungkin dikiranya galak. Begitu diajak ngobrol, saya bikin ketawa dia hahaha," kata Dr Zaenal saat ditemui detikHealth di Kantor IDI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2013).
Bagi yang sudah mengenal, Dr Zaenal memang jauh dari kesan galak, bahkan sangat bersahabat. Bagi para pencari berita, Dr Zaenal mudah sekali dihubungi lewat telepon untuk membahas isu-isu hangat soal kesehatan. Bahkan tak jarang ia sendiri yang akan menelepon balik jika diperlukan.
"Siapa juga yang mau digalaki," tambah Dr Zaenal dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya.
Meskipun dalam keseharian selalu ramah, ekspresi Dr Zaenal bisa mendadak serius bila sudah bicara masalah kesehatan khususnya gizi. Dokter lulusan Universitas Hassanudin yang juga pendiri Yayasan Gema (Gerakan Masyarakat) Sadar Gizi ini memang punya perhatian khusus soal gizi.
Bersama istrinya, Dr Tirta Prawita Sari, SpGK, ia giat menggerakkan penyuluhan ke sekolah-sekolah soal pentingnya gizi bagi masyarakat. Dengan meningkatkan wawasan masyarakat soal gizi, ia yakin berbagai masalah kesehatan bisa diatasi dengan lebih efisien.
"Masalah gizi itu tidak pernah 'kering'. Tidak ada penyakit yang tidak berhubungan langsung dengan gizi," ungkap Dr Zaenal yang gemar main tenis meja dan rutin jalan kaki 2-3 kali dalam seminggu, namun merasa tidak cukup kuat fisiknya untuk main tenis lapangan.
Bukan hanya untuk mencegah penyakit di tingkat masyarakat, pentingnya gizi juga dirasakan pada tingkatan medis bagi yang sudah terkena penyakit. Menurut Dr Zaenal, terapi yang melibatkan gizi akan lebih cepat menyembuhkan pasien sehingga cost atau biayanya jadi lebih efisien.
Di lingkup yang lebih luas, kesadaran akan gizi yang baik juga mendukung program jaminan sosial. Seperti yang ia sampaikan soal terapi yang melibatkan gizi, pembiayaan yang harus ditanggung pemerintah melalui program jaminan kesehatan juga akan lebih efisien jika masalah gizi selalu diperhatian.
BIODATA
Nama lengkap:
Dr Zaenal Abidin, MH.Kes
Tempat dan tanggal lahir:
Soppeng, Sulawesi Selatan, 15 April 1965
Nama istri:
Dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK
Pendidikan:
S1 Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin, Makassar (Lulus tahun 1997)
S2 Magister Hukum Kesehatan Universitas Hassanudin (Lulus tahun 2009 dengan IPK 3,90)
Organisasi:
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menjabat Ketua Umum periode 2012-2015
Praktik:
Sedang tidak praktik sebagai dokter.
Sebagai dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta, mengajar Bioethics.
Judul buku yang pernah ditulis:
Bayar Dulu, Baru Dirawat: Menelusuri Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta
(Disusun berdasarkan tesis Dr Zaenal yang berjudul: Tinjauan Hukum Penerapan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta di DKI Jakarta)
Pengalaman kerja:
Sekretaris Pelaksana Tim Penilai Kesehatan pasangan Capres dan Cawapres RI pada Pemilu 2004
Sekretaris Pelaksanan Tim Penilai Kesehatan Calon Hakim Agung RI Tahun 2006
Anggota Pengarah Tim Penilai Kesehatan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2007
Sekretaris Pelaksana Tim Penilai Kesehatan pasangan Capres dan Cawapres RI pada Pemilu 2009.
Begitu juga ketika mendengar ada wartawan mengira dirinya galak dan kaku. Meski kemudian dalam artikelnya dijelaskan betapa hangat dan ramahnya sosok Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, tak ayal kesan galak itu membuat Dr Zaenal terbahak.
"Mungkin karena awalnya saya diam-diam saja. Lihat saya berkumis, jadi mungkin dikiranya galak. Begitu diajak ngobrol, saya bikin ketawa dia hahaha," kata Dr Zaenal saat ditemui detikHealth di Kantor IDI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2013).
Bagi yang sudah mengenal, Dr Zaenal memang jauh dari kesan galak, bahkan sangat bersahabat. Bagi para pencari berita, Dr Zaenal mudah sekali dihubungi lewat telepon untuk membahas isu-isu hangat soal kesehatan. Bahkan tak jarang ia sendiri yang akan menelepon balik jika diperlukan.
"Siapa juga yang mau digalaki," tambah Dr Zaenal dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya.
Meskipun dalam keseharian selalu ramah, ekspresi Dr Zaenal bisa mendadak serius bila sudah bicara masalah kesehatan khususnya gizi. Dokter lulusan Universitas Hassanudin yang juga pendiri Yayasan Gema (Gerakan Masyarakat) Sadar Gizi ini memang punya perhatian khusus soal gizi.
Bersama istrinya, Dr Tirta Prawita Sari, SpGK, ia giat menggerakkan penyuluhan ke sekolah-sekolah soal pentingnya gizi bagi masyarakat. Dengan meningkatkan wawasan masyarakat soal gizi, ia yakin berbagai masalah kesehatan bisa diatasi dengan lebih efisien.
"Masalah gizi itu tidak pernah 'kering'. Tidak ada penyakit yang tidak berhubungan langsung dengan gizi," ungkap Dr Zaenal yang gemar main tenis meja dan rutin jalan kaki 2-3 kali dalam seminggu, namun merasa tidak cukup kuat fisiknya untuk main tenis lapangan.
Bukan hanya untuk mencegah penyakit di tingkat masyarakat, pentingnya gizi juga dirasakan pada tingkatan medis bagi yang sudah terkena penyakit. Menurut Dr Zaenal, terapi yang melibatkan gizi akan lebih cepat menyembuhkan pasien sehingga cost atau biayanya jadi lebih efisien.
Di lingkup yang lebih luas, kesadaran akan gizi yang baik juga mendukung program jaminan sosial. Seperti yang ia sampaikan soal terapi yang melibatkan gizi, pembiayaan yang harus ditanggung pemerintah melalui program jaminan kesehatan juga akan lebih efisien jika masalah gizi selalu diperhatian.
BIODATA
Nama lengkap:
Dr Zaenal Abidin, MH.Kes
Tempat dan tanggal lahir:
Soppeng, Sulawesi Selatan, 15 April 1965
Nama istri:
Dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK
Pendidikan:
S1 Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin, Makassar (Lulus tahun 1997)
S2 Magister Hukum Kesehatan Universitas Hassanudin (Lulus tahun 2009 dengan IPK 3,90)
Organisasi:
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), menjabat Ketua Umum periode 2012-2015
Praktik:
Sedang tidak praktik sebagai dokter.
Sebagai dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta, mengajar Bioethics.
Judul buku yang pernah ditulis:
Bayar Dulu, Baru Dirawat: Menelusuri Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta
(Disusun berdasarkan tesis Dr Zaenal yang berjudul: Tinjauan Hukum Penerapan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta di DKI Jakarta)
Pengalaman kerja:
Sekretaris Pelaksana Tim Penilai Kesehatan pasangan Capres dan Cawapres RI pada Pemilu 2004
Sekretaris Pelaksanan Tim Penilai Kesehatan Calon Hakim Agung RI Tahun 2006
Anggota Pengarah Tim Penilai Kesehatan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2007
Sekretaris Pelaksana Tim Penilai Kesehatan pasangan Capres dan Cawapres RI pada Pemilu 2009.
mantep bionya
BalasHapussalam kenal
mampir ke blog kami
www.abonjamurailani.blogspot.com