Kemarin saya meeting dengan klien yang punya pandangan strategis. “Kami tidak akan menjadikan angka fans /follower sebagai KPI (Key Performance Indicator) terpenting,” katanya. “Angka fans/follower yang besar tidak berarti apa-apa jika tidak ada dampak pada bisnisnya.”
Ya. Saya setuju ini!
Rupanya klien itu sudah menyadari, banyak pemilik brand yang terjebak target semu, yakni mengejar jumlah fans/follower tanpa tahu arah, akan dimanfaatkan untuk apa. Mereka seringkali mengejar target fans/follower utamanya dipicu oleh kompetitor yang berhasil meraih angka fans/follower besar. Bukan oleh kebutuhan bisnis mereka sendiri.
Karena terpaku pada angka fans/follower, pemilik brand sering lupa tujuan besarnya. Usaha terbesar, mungkin juga budget terbesar, akhirnya dipakai bukan untuk tujuan utama.
Karena terpaku pada angka fans/follower, KPI pertama komunikasi digital akhirnya dipaksa untuk memenuhi angka itu. Padahal harusnya KPI haruslah sesuai dengan objektif.
Pemilik brand lupa menggali insight, mengapa seseorang ingin follow FB/Twitter brand.
Riset yang dilakukan Razorfish menunjukkan: alasan terpenting berteman dengan brand di FB adalah: exclusive offer, current customer, interesting content
Riset yang sama oleh Razorfish, alasan seseorang follow twitter brand sama dengan berteman di Facebook: exclusive offer, current customer, interesting content.
Tentunya pemilik brand berharap fans/follower yang beneran, bukan fake. Untuk itu, cek apakah kita sudah memenuhi syarat. Jika syarat dasar sudah terpenuhi, siapakan strategi dan timeline yang rasional. Mengumpulkan fans yang memang fans, bukan fan palsu, butuh waktu.
Yang seringkali terjadi saat ini, karena fokusnya terlalu berat pada angka, pemilik brand berusaha dengan berbagai cara dan biaya memupuk angka fans/follower yang kemungkinan besar adalah fans semu. Karena hasrat angka semu inilah salah satu alasan mengapa jasa jual beli like FB dan follower di Twitter menyubur belakangan ini. Demand mengejar fans/follower yang tidak rasional ini menumbuhkan jasa jula beli follower.
Lalu apakah fans/follower tidak penting?
Tentu saja PENTING!
Namun pastikan itu organik, memang beneran fans, bukan fake.
Pada akhirnya, memiliki fans/follower yang semu, dan sesungguhnya bukan konsumen atau calon konsumen kita itu merepotkan, buang-buang waktu, dan hambur-hamburkan biaya.
Pemilik brand, silahkan dilihat ulang objektif besar bisnis dan objektif per medium. Sesuaikah objektif itu dengan KPI?
Sumber : Virtualditid
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !