Berdasarkan polling tersebut diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi Bandung melakukan hubungan seksual tersebut di rumah sewa atau tempat kos. Bagaimana cara mahasiswi tersebut menjadikan rumah kos sebagai tempat prostitusi dan kemudian atas dasar apakah sehingga mereka bisa masuk ke dalam budaya Free seks bebas?
Rumah yang jauh dari kampus membuat banyak mahasiswa dan mahasiswi di Bandung memilih hidup di tempat kos. Dampaknya adalah mereka menjadi mandiri dan akhirnya bisa mengambil keputusan dan tindakan sendiri serta tidak lagi cengeng. Tapi disisi lain, lemahnya kontrol dari pihak orang tua mereka dan juga pemilik rumah kos membuat para mahasiswi tersebut melakukan hubungan seksual pra nikah dikamar-kamar mereka.
Kota Bandung – Gudangnya Cewek Cantik
Kota Bandung terkenal dengan kecantikan cewek-ceweknya dan keramahan warganya. Dari 1.000 orang mahasiswa peserta polling yang dilakukan oleh LSM Sahara Indonesia dari tahun 2000 sampai 2002, diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka gunakan untuk berhubungan seks adalah di rumah tempat kos (51,5 %), kemudian menyusul di rumah-rumah pribadi (sekitar 30 %), ada juga di rumah sang cewek (27,3 persen), kemudian di hotel atau wisma (11,2 persen), bahkan ada yang ngeseks di taman luas (2,5 persen), di tempat rekreasi dan bersantai (2,4 persen), beberapa mahasiswi juga nekat melakukan seks di ruangan kelas di dalam kampus Bandung (1,3 persen), ada di dalam mobil goyang (0,4 persen) dan lain-lain tak diketahui (0,7 %).
Adanya pola hubungan yang tidak akrab antara pemilik rumah kos dengan mahasiswi membuat kehidupan seksual di tempat kos menjadi sangat bebas, demikian kata Agus Mochtar, Ketua Sahara LSM Indonesia. Agus Mochtar juga menambahkan, bahwa sebanyak 72,9 persen responden wanita mengaku pernah hamil. Dan diantara mereka sebanyak 91,5 persen telah pernah mengeluarkan janin atau aborsi dan jumlahnya beberapa kali.
Tindakan Aborsi tersebut biasanya menggunakan dukun beranak (94,8 %) dan hanya terdapat 5,2 % aborsi cewek yang dilakukan dengan adanya bantuan petugas paramedic. Selain itu, terdapat 33,2 % (cewek) dan ada 16,8 % (laki-laki) yang mengaku telah menderita penyakit seksual kelamin akibat adanya hubungan free seks bebas tersebut.
Yang mengagetkan ternyata para peserta polling tersebut melakukan hubungan seksual tersebut tanpa dipaksa atau suka dan sama suka dan adanya rasa kebutuhan. Beberapa responden pria dan wanita bahkan mengaku aktif melakukan hubungan seksual kepada lebih dari satu orang. Biasanya mereka-mereka yang memiliki beberapa pacar juga aktif melakukan hubungan intim ke semua pacar tersebut.
Kurangnya Pengetahuan Reproduksi Para Mahasiswi di Bandung
Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi dengan sang anak, menurut psikolog Nia R Raihanah Psi seorang peniliti dari Biro Psikologi Salman (Bipsis) kota Bandung. Orang tua hanya berpikir bagaimana mengirimkan uang kuliah kepada mahasiswi tersebut dan menyerahkan masalah pengawasan kepada anak mereka ke pihak kampus.
Biasanya para mahasiswi itu memasukkan pacar dan mahasiswa ke kamarnya pada pagi hari dan keluar sekitar jam 9 malam agar tidak diketahui masyarakat sekitar atau pemilik rumah kos. Cara ini tergolong aman untuk menghindari razia dari warga sekitar.
Menurut Nia pendidikan reproduksi terhadap kawula muda penting dilakukan. Para mahasiswa tersebut rata-rata mempunyai asal daerah dari luar kota Bandung. Karena jauh dari rumah mereka memilih menetap di tempat kos dekat kampus mereka. Pengawasan yang kurang dari kampus dan warga sekitar yang bersikap acuh karena mendapat keuntungan ekonomi dari kehadiran mereka, membuat kehidupan seks bebas tumbuh dengan bebas di kalangan mahasiswi di kota Bandung.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !